Roles: Pemanenan Rotan Berkelanjutan di Teluk Sumbang, Berau

Gunawan Wibisono

Per tanggal 28 Oktober 2025. 
Memulai hari dengan perjalanan panjang sekitar 6 jam dari Tanjung Redeb ke Teluk Sumbang, sebuah kampung terluar dan di timur Kabupaten Berau. Kami mendapatkan undangan untuk menyaksikan penandatanganan kesepakatan bersama antara kelompok Tani Rotan Sejahtera dengan pengusaha dari Cirebon. Mengingat acara dilaksanakan jam 9 an pagi, maka kami berangkat sekitar jam 03.00 wite. 
Perjalanan darat diawali dengan kegelapan malam, maklum belum terlihat matahari terbit. Melewati 5 Kecamatan, Sambaliung, Tabalar, Biatan, Talisayan dan Batu Putih. Akhirnya sampai di Kecamatan Biduk-Biduk. 
Setelah sekitar 2 jam an perjalanan, kami sampai di Tabalar untuk menunaikan Shalat Subuh di sebuah masjid yang cukup nyaman. Cukup banyak jamaah. Masjid yang cukup bersih dan dipimpin oleh imam yang terdengar suaranya cukup merdu. Setelah ikut wirid sebentar dan ditutup dengan doa, akhirnya kami lanjutkan perjalanan. Saya memang berupaya agar tetap bisa shalat berjamaah selama perjalanan. Terkadang saya mengajak sopir atau staf yang ikut dalam perjalanan, bila saat tiba di sebuah masjid yang sudah melakukan shalat jamaah. Walau terkadang tidak mudah. Perjalanan jauh dan harus menyesuaikan kondisi kendaraan. Tapi alhamdulillah, subuh ini saya bisa ikut berjamaah.
Kami lanjutkan perjalanan dan sekitar 3 jam perjalanan lebih kami sampai di Biduk-biduk. Pagi sudah terang dan mentari terik menyinari indahnya kampung yang memiliki pohon kelapa tua dan tinggi. Dedaun nya melambai seolah menyambut kami... he he... Kami turun untuk mencari sarapan, kebetulan memang selama perjalanan yang panjang belum ada makan... walau staf membawa beberapa roti yang bisa disantap selama perjalanan. Kami memilih sarapan yang bisa mengenyangkan, maklum perjalanan masih sekitar 1 jam an lagi. Melewati Kampung Giring-giring dan Teluk Sulaiman sebelum sampai Teluk Sumbang. Target akhir perjalanan.
Perjalan kami lanjutkan. Melalui kampung Teluk Sulaiman, kami menemukan sebuah geosite batu gamping yang ditetapkan Kementerian ESDM RI sebagai warisan geologi dan menjadi bagian usulan #GeoparkSangkulirangMangkalihat Kalimantan Timur. Lokasinya berdekatan dengan wisata danau Sigending yang super jernih. 
Kali ini saya tidak menuruni tracking ini, karena target kegiatan bukan ini. Akhirnya kami lanjutkan perjalanan dan tiba di perbatasan kampung Teluk Sulaiman dan Teluk Sumbang. Sebuah gapura sederhana.
Nah...selepas ini kami menemukan sebuah view indah berupa deretan pohon kelapa yang tersusun rapi dan biasanya menjadi lokasi instragamable. Disini biasanya orang turun untuk mengambil foto di beberapa spot selfie point.
Perjalanan kami lanjutkan dan beberapa menit kami telah sampai di Kampung Teluk Sumbang. Sebuah kampung indah di teluk yang diapit sebuah semenanjung yang biasa di sebut Tanjung Mangkalihat. Kalau di peta biasanya kita bisa melihat sebuah moncong mancung sebelah timur Pulau Kalimantan. Di lokasi ini terdapat sebuah geosite yang bernama Tanjung Sinondo, berupa batuan purba dan ditetapkan oleh Kementerian ESDM RI sebagai warisan geologi. Lokasinya berada di laut dekat pesisir Tanjung dengan keindahan taman laut yang luar biasa dengan kejernihan airnya. Oh iya. Saya tidak lanjutkan pembahasan tentang ini.
Kampung Teluk Sumbang memiliki dua komunitas masyarakat. Yang pertama adalah masyarakat dari suku Mandar Sulawesi Selatan yang tinggal di pantai. Mereka kebanyakan merupakan nelayan tangguh. Kalau pas musim ikan, kita bisa mendapati ikan yang melimpah. Sedangkan komunitas kedua adalah masyarakat suku Dayak Basap yang tinggal lebih diatas. Mereka lebih banyak bertani dan mencari hasil hutan bukan kayu seperti rotan. Untuk rotan biasanya berjenis manau dan sega. Diambil dari belukar yang ada di sekitar kampung. 
Sampai di kampung, kami menuju sebuah rumah produksi rotan kelompok Rotan Sejahtera. Nah, kita masuk pembahasan rotan lestari.
Kelompok ini dibentuk, salah satunya agar bisa menjadi wadah agar proses pengusulan rotan lestari bisa dilakukan. Skema rotan lestari ini bertujuan agar proses pemanenan rotan bisa berkelanjutan. Diawali dengan pemastian lahan tempat rotan tumbuh. Ini menjadi hal penting. Memastikan agar legalitas lahan bisa tertelusuri. Legalitas ini tergantung status lahan yang ada. Bila berada di kawasan hutan, maka perlu dilihat apakah berada dalam kawasan konsesi atau bukan. Nah, bila bukan berada di konsesi maka perlu ada kepastian skema perhutanan sosial. Kebetulan di Teluk Sumbang sudah mendapatkan izin Hutan Desa yang dibantu oleh KPHP Berau Pantai. Walaupun dengannya ketetapan Mahkamah Konstitusi RI terbaru. Ini perlu penyesuaian di lapangan.
Untuk tahap awal, pengusulan skema rotan lestari berada di kawasan bukan hutan atau biasa disebut areal penggunaan lain (APL). Kebetulan lebih dekat aksesnya dari kampung dan dianggap memiliki potensi rotan yang cukup. 
Setelah kepastian lahan diperoleh, selanjutnya adalah pelatihan teknis panen rotan yang lestari. Bagaimana teknis menebang yang baik, memastikan hanya tanaman rotan yang sudah cukup umur yang dipanen dan meninggalkan anakan rotan. 
Oh iya. Ada juga tahapan penting yang tidak boleh dilupakan yaitu memastikan gilir balik lahan yang memiliki potensi rotan. Jadi seluruh luasan lahan belukar yang diperkirakan memiliki potensi rotan dibagi dalam luasan tertentu. Jadi lahan dibagi sesuai rencana panen. Ini menyesuaikan dengan kemampuan regenerasi rotan untuk melakukan "rehabilitasi mandiri". Sehingga jatah tebang setiap bulan sesuai luasan lahan. Petani tidak boleh memanen rotan di luar dari jatah tebang bulanan atau tahunan.
Setelah proses ini, kelompok Tani Rotan ini diberi sertifikasi keberlanjutan. Kali ini dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Rotan Lestari. 
Kenapa ini penting untuk skema rotan lestari ini. Pertama adalah untuk keberlanjutan panen. Sehingga masyarakat bisa memastikan agar panen mereka seimbang dengan daya regenerasi rotan yang ada. Jadi keberadaan rotan tetap terjaga baik jumlah maupun kualitas habitatnya. Yang kedua tentu karena kebutuhan pasar. Khususnya pasar Eropa yang biasanya menyaratkan "ekolabeling". Kalau untuk produk kayu ada FSC, maka untuk rotan bisa menggunakan sertifikasi rotan lestari. Jadi konsumen bisa memastikan bahwa bahan baku pembuatan kerajinan rotan yang berasal dari Teluk Sumbang betul-betul menjaga kelestarian alam. Ini yang mahal. Bahkan bisa mendapatkan harga premium.
Rotan yang berasal dari Telul Sumbang sebagian dijual dalam bentuk barang setengah jadi dan produk jadi. Pemilihan bisnis ini menyesuaikan dengan kapasitas produksi, ketersediaan pengrajin dan kepastian pasar. Walaupun ke depan harapannya tentu kalau bisa semua rotan yang ada dibuat menjadi produk jadi. Ini penting selain untuk meningkatkan nilai tambah, menyerap lapangan kerja dan tentu bisa menjadi "branding rotan Berau"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melihat Kondisi Geosite di Berau Pesisir Selatan