Melihat Kondisi Geosite di Berau Pesisir Selatan
Bersama Tim BAPENAS RI, September 2025, kami melihat kondisi beberapa geosite yang berada di pesisir Berau. Istilahnya seperti per assesment.
Pertama kami mengunjungi situs budaya yang terkenal di Kabupaten Berau yaitu dua keraton, Sambaliung dan Gunung Tabur. Saat melihat keraton Sambaliung yang berada di pinggir Sungai Kelai, kami takjub. Banyak benda yang bisa mengingatkan sejarah kerajaan ini. Kami disambut dengan pengelola yang ramah. Mereka menceritakan sejarah kerajaan Sambaliung secara detail, khususnya saat dipimpin Raja Alam, sang sultan ternama. Kami juga mendapatkan penjelasan terkait beberapa barang peninggalan sultan dan kerajaan. Ya... sekarang keraton ini menjadi salah satu objek wisata budaya yang jangan sampai ditinggalkan.
Istana atau keraton ini masih terjaga dengan baik. Ada pengelola yang secara rutin merawat sehingga keraton ini masih sangat bagus.
Setelah dirasa cukup, kami lanjutkan perjalanan ke keraton Kesultanan Gunung Tabur. Terletak di pinggir Sungai Segah, corak warna kuning begitu menonjol. Penuh sejarah apalagi kami disambut oleh pengelola yang paham dengan sejarah Kesultanan Gunung Tabur.
Di dinding teras tampak sebuah lambang kesultanan terpampang. Di belakang keraton ada masjid yang bisa digunakan masyarakat untuk shalat. Saya sempatkan juga shalat disana. Ruangan masjid ber AC membuat nyaman untuk i'tikaf.Kedua keraton atau bisa juga dikatakan sebagai istana sekarang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau.
Selanjutnya, di esok hari kami lanjutkan perjalanan. Perjalanan Tanjung Redeb dimulai ke Kampung Biatan Bapinang. Disini terdapat sebuah warisan geologi yang dinamakan Wisata Air Panas Pemapak. Air ini unik, karena suhu diatas rata-rata dan memiliki rasa yang asin. Biasanya kalau kita sering lihat, air panas berasal dari aktifitas gunung berapi dan biasanya memiliki aroma abu belerang (sulfur). Ini tidak...
Pemerintah Kabupaten Berau sangat memperhatikan destinasi wisata ini. Wisata untuk telah dipercantik dengan beberapa sarana yang indah. Selanjutnya dikelola oleh Badan Usaha Milik Kampung (BUMK), sehingga bisa memberi kontribusi ke pendapatan kampung.
Kami berbincang dengan kepala kampung dan pengelola. Ternyata catchment area-nya berupa kawasan mangrove yang akan diusulkan dikonservasi. Bagus juga idenya. Kampung sudah mencadangkan kawasan ini agar kepemilikannya aman dan tidak terjadi konversi lahan.
Selanjutnya kami teruskan ke geosite Tulung Ni Lenggo atau biasa disebut Telaga Biru di Kampung Tembudan, Kecamatan Batu Putih. Kami disambut Direktur BUMK sebagai pengelola destinasi ini.
Saat kami datang, waktu sudah sore. Airnya jernih dan berupa danau. Airnya berasal dari sumber air di sela-sela batu di pinggir danau. Geosite ini termasuk destinasi unggulan Kabupaten Berau. Banyak prasarana yang telah dibangun.
Setelah cukup, akhirnya kami lanjutkan perjalanan ke Kampung Biduk-biduk. Karena sudah malam, kami menginap di beberapa penginapan. Kami istirahat dan memulihkan tenaga untuk lanjutan kegiatan besok hari.
Setelah sarapan pagi, kami lanjutkan perjalanan menuju geosite batu gamping di Sigending. Kami mampir sebentar ke pelabuhan di Teluk Sulaiman.
Pemandangan sungguh indah, karena berada di teluk yang dikelilingi oleh hutan tropis yang masih hijau. Disini kami diskusi dengan seorang tokoh masyarakat. Beliau adalah Pa Risno, biasa saya panggil. Dia pendiri kelompok swadaya masyarakat yang bernama FORLIKA. Lembaga ini dibuat untuk mengelola kawasan lindung Sigending yang ditetapkan oleh Bupati seluas 1.500 hektare.
Kami lanjutkan perjalanan. Sampai di dekat pertengahan jalan Teluk Sulaiman dan Teluk Sumbang, kami mencari lokasi geosite batu gamping. Sulit mencarinya, karena sudah banyak ditumbuhi oleh tanaman menjalar dan pioner lainnya. Memang geosite ini bukan diarahkan untuk destinasi wisata, tetapi untuk penelitian. Saat ditemukan tim, awalnya lokasi ini merupakan kawasan terbuka dan terlihat potongan bukit yang unik dan menjadi dasar penetapan geosite.
Kami lanjutkan perjalanan. Sebelum sampai kampung Teluk Sumbang, kami melihat sebuah pemandangan super indah. Bayangkan, deretan pohon kelapa yang menjulang. Jalan lurus dengan kanan kiri yang rapi.
Akhirnya kami sampai ke Kampung Teluk Sumbang. Kami diterima oleh aparat kampung. Aparat kampung menjelaskan kondisi kampung dan potensinya.
Kampung ini memiliki dua komunitas yaitu dayak basap yang tinggal di daerah atas dan suku mandar yang berada di pesisir pantai
Kami mampir ke rumah produksi rotan. Warga dari suku dayak basap banyak yang bisa mengolah menjadi kerajinan rotan. Sebenarnya ini bisa menjadi geoproduk untuk memperkuat pengusulan geopark. Macam2 produk yang diolah. Bahkan ada juga produk barang setengah jadi yang dikirim ke luar daerah.
Akhirnya kami menuju sebuah geosite yang bernama Air Terjun Lingkacang. Karena akses ke air terjun itu masih susah, kami hanya bisa mencapai air terjun Nya Lima. Walau relatif kecil dibandingkan air terjun Lingkacang, tetapi pemandangannya super indah. Disini kami berbincang dengan warga terkait sejarah penamaan air terjun ini.
Perjalanan kami lanjutkan ke destinasi wisata yang terkenal yaitu Labuan Cermin. Ini sebuah geosite andalan dan menjadi kebanggaan Kabupaten Berau.
Kami diskusi dengan pengelola. Disini terdapat beberapa pengelola yaitu Pokdarwis, BUMK dan kelompok swadaya masyarakat LEKMALAMIN. Keunikannya adalah danau ini disebut sebagai danau dua rasa. Permukaan atas adalah air tawar yang berasal dari sumber air karst yang sangat jernih dan di bawah merupakan air asin dari instrusi air laut. Kenapa disebut juga sebagai Labuan Cermin, karena "batas" antara air tawar dan air laut seolah ada lapisan tipis yang bersifat seperti cermin. Maka kalau ada kapal atau perahu yang ada disini, terlihat seperti melayang
Komentar
Posting Komentar